Pada Dasarnya Kita Semua Terpenjara Oleh Persepsi


Oleh : Ahmad Budi Ahda

Percaya nggak? kalau sebenarnya kita semua nggak bebas, kita bukanlah manusia bebas yang bisa berkehendak semau hati kita sendiri, ada sebuah dinding kuat yang membatasi ruang lingkup kita, saking kuatnya anda tak akan pernah mampu berpikir dan berkehendak bebas lepas, anda tidak akan pernah mampu meruntuhkan dinding penjara ini, dinding penjara yang saya maksud adalah PERSEPSI.

Apalagi kita hidup di indonesia, yang dimana nilai, derajat, dan strata sosial seseorang ditentukan bukan dari persepsi dirinya sendiri, namun dari pandangan orang lain terhadap dirinya, kata lainnya : NILAIMU DITENTUKAN OLEH PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP DIIRIMU. 

Yang pada akhirnya banyak dari kita yang membangun persepsi ini mati matian, terkadang sampai mengorbankan kebahagiaan diri sendiri, terkadang sampai bertentangan dengan hati nurani, terkadang dengan menyiksa diri sendiri. bahkan terkadang dengan mengabaikan seluruh ancaman Tuhan.

Contoh permisalan dari apa yang saya maksud

  1. Seorang pelajar akan mati matian belajar supaya diterima di sekolah favorit, universitas favorit, atau belajar di luar negeri, mengapa? apakah karena ilmunya lebih baik? bukan!! karena masyarakat berpersepsi jika sekolah di sekolah atau universitas favorit adalah anak anak pilihan yang tentu itu akan menaikkan nilai, strata, dan derajat dirinya dan keluarganya dimata masyarakat.
  2. Seseorang membeli mobil bukanlah sebagai sarana transportasi, mobil itu adalah sebagai simbol strata sosial di masyarakat, semakin mahal mobilnya, semakin tinggi stratanya, semakin murah dan jelek mobilnya semakin rendah stratanya di tingkatan kasta sosial masyarakat setempat.
  3. Seseorang mau menduduki jabatan di suatu tempat bukan karena dia ingin mengabdi, dia mau kedudukan itu karena untuk menaikkan derajat dirinya dimata masyarakat, berharap tingkat penghormatan dan takdzim masyarakat terhadap dirinya meningkat.
  4. Upacara dan apel di berbagai lembaga diadakan selain sebagai sarana memupuk nasionalisme, juga sebagai penanaman persepsi kepada para peserta untuk menegaskan siapa atasan, siapa bawahan, siapa harus hormat kepada siapa.
  5. Acara haul (ulang tahun kematian) dalam lingkup keluarga pondok pesantren, diadakan selain sebagai sarana kirim doa kepada sang aaaliiim, kepada guru masyarakat, juga untuk menanamkan sikap takdzim masyarakat sekitar terhadap keluarga pondok, untuk memupuk penghormatan masyarakat sekitar kepada keluarga pondok, supaya sikap hormat itu tidak pudar.

Terkadang, dalam meraih point 1,2, atau 3 (kecuali 4 dan 5), seseorang menabrak aturan dan larangan agama, semisal menyuap, korupsi, menipu, menjilat, atau melakukan tindak kecurangan, semua itu dilakukan tanpa perasaan berdosa, ini membuktikan bahwa PERSEPSI akan dikejar mati matian meskipun itu menabrak rambu rambu norma agama dan sosial kemasyarakatan. manusia lebih takut dianggap TIDAK SUKSES dalam urusan dunia, daripada masuk neraka.



Comments

Artikel Menarik Lainnya

Kumpulan Link Soal - Soal Latihan Nahwu & Balaghah

Ringkasan Ilmu Nahwu Lengkap

Tuhan Yang Hilang, Menggugat Kebijakan Tuhan..!!

Jawaban Tuduhan Tuduhan Negatif Seputar Tahlilan, Yasinan, dan Selamatan.

Kumpulan Link Soal - Soal Mufrodat Buku Silsilah Azhar

Selama Ini Kita Dibohongi Sekolah? Atau Dibodohi Agama?

Agama Lain Pernah Diapain Ajah Sama Islam?

Logical Fallacies, Mengenal Beberapa Kesalahan Berpikir

Bagaimana Cara Menulis Buku Kemudian Menerbitkannya ?

Antara Baikalsk, Irkutsk Rusia, & Bojonegoro