Antara Baikalsk, Irkutsk Rusia, & Bojonegoro







Antara Baikalsk, Irkutsk Russia dan Bojonegoro: 
"Perjalanan Membangun Daerah Berkelanjutan"


Oleh: kang Yoto (Bupati Bojonegoro 2007-2018)


Mengalami puasa dari jam 4 pagi sampai jam 22 malam adalah pengalaman baru yang saya dapatkan selama berkunjung di Rusia, kawasan Siberia, tepatnya di Baikalsk Provinsi Irkurtsk. Saya hadir ke Rusia diundang untuk menjadi pembicara dalam Integral Space Conference, New Meanings in Business: Becoming Genuine, dimana saya diminta bicara: a call to create Together. Peserta konferensi ini ada dari USA, Eropa, saya berdua degan Omar Agoes direktur asia pasific Deutsche Bank di Singapore representasi  Asia, selebihnya Rusia, Lithuania, Ukraina.  Konferensi  dibuka tanggal 24 Juli malam dan ditutup tanggal 27 malam. Untung ada mas Omar, bersama dialah saya merayakan idul fitri berdua, setelah takjil berdua kami membaca takbir tiga kali berdua.

 Saya sendiri bersama mas Omar, telah tiba di Irkutsk tanggal 23 sore, dan kembali tanggal 31 Juli. Pengorbanan saya meninggalkan idul fitri di negeri sendiri terbayar selain pengetahuan dari konferensi, dapat jaringan organisasi dan orang-orang baru, belajar dari pembangunan kota Baikalsk, Kota dan Provinsi Irkutsk dan satu lagi wisata pulau Olkhone. Tentu saja dapat mempromosikan Bojonegoro.

        Saya sangat bersyukur dari bandara ke tempat acara dijemput Dr. Natasha, dosen bahasa Rusia, di Institut Bahasa, yang bisa berbahasa Inggris dan memahami banyak aspek soal masyarakat. Bersama suaminya yang pengusaha,  dalam perjalan selama 1,5 jam menuju hotel tempat saya menginap itulah saya mendapatkan kursus singkat perkembangan lokal Rusia.

       Pada tanggal 24 juli pagi dan siang itulah saya benar benar mendapatkan kesempatan berharga, keliling kota Baikalsk, mengunjungi tempat2 penting dan berdiskusi dengan Walikotanya Vasilij Tengenevskiy. Minat saya tentang bagaimana membangun kota  berkelanjutan tidak dapat saya bendung. Inilah topik yang terus menggelayut di otak saya beberapa hari sebelum saya terpilih untuk jabatan kedua sebagai Bupati Bojonegoro, 10 November 2012. Kadang tidak mudah menjelaskan bagaimana  pembangunan sebuah daerah itu harus dirancang berkelanjutan, apa yang dilakukan hari ini akan berdampak di masa yang akan datang. Masa mendatang yang baik 10 atau 20 tahun yang akan datang harus dikerjakan sejak sekarang. Tidak mudah, karena biasanya banyak masyarakat dan politisi lebih fokus pada masalah-masalah yang kini sedang dirasakan mendesak.
Belajar dari kasus Baikalsk, kota Irkutsk dan Pulau Olkhone,  rasanya lebih  mudah memahami mengapa dan bagaimana  pembangunan berkelanjutan itu harus dilakukan di Bojonegoro.

Baikalsk
           Kota Baikalsk hanyalah satu dari 400an kota yang ada di Provinsi Irkutsk. Panjang Provinsi ini kurang lebih sama dengan dua kali lipat pulau Jawa dengan kepadatan penduduk 2 orang per satu kilometer. Baikalsk kini dihuni kurang lebih 14.000 jiwa, tahun 2010 berusia 50 tahun. Kota ini mulai dibuka pada tahun 1960 oleh anak anak muda yang bekerja di pabrik pulp atau bahan kertas. Pemerintah Uni Soviet membangun pabrik Pulp karena bahan bakunya sangat berlimpah dari hutan tyga wood. Hingga kini bahan baku kertas dari hutan pinus masih sangat berlimpah. Para pekerja pabrik  yang jumlahnya 1000an  itulah yang mulai membangun perumahan. Lalu disusul oleh pendatang yang melayani kebutuhan masyarakat baru itu. Pemerintah kota baru dibentuk tahun 1992 dan saat itulah Walikota pertama ditunjuk. Kini komposisi penduduk Baikalsk, sepertiga anak-anak, sepertiga pekerja dan sepertiga orang tua yang sudah pensiun kerja.

      Sejak tahun 1960 praktis pendapatan warga yang utama bertumpu pada kegiatan pabrik pulp, satu satunya industri di kota ini (mono industry). Bisa dibayangkan bagaimana bila pabrik ini harus ditutup tahun lalu. Pemkot Baikalsk sebenarnya sudah menyiapkan rencana pembangunan berbagai industri dan diperkirakan jalan tahun 2020 (multi industry).
          Saya sempat mengunjungi bekas pabrik pulp ini dan menanyakan mengapa pabrik ditutup. Alasan utamanya karena dianggap sudah tidak efisien, bukan soal ketersediaan bahan baku. Isu utama yang dihadapi adalah polusi air, limbah pabrik yang sudah diolah dan kemudian digunakan kembali untuk pabrik dianggap terlalu mahal. Pemerintah pusat (UU) melarang keras membuang limbah ke danau karena akan merusak air danau Baikalsk. Baikalsk sendiri danau yang panjangnya 638 km dan lebar 48 km dengan kedalaman lebih 1.600 m atau kira-kira 12 kali lipat luas Bojonegoro. Air tawar yang ada didanau ini setara dengan 25 persen cadangan kebutuhan air tawar dunia. Itulah sebabnya isu lingkungan hidup menjadi sangat sensitif. Maka menutup pabrik dengan segala ongkosnya masih dianggap lebih murah dibanding dengan kerusakan air tawar karena polusi. Di kota ini seluruh limbah air, limbah keluarga, pabrik, kantor dan hotel dikelola dalam suatu pusat pengelolaan yang canggih dan tidak boleh dibuang sembarangan. Air kotor setelah diolah menjadi air bersih dan sehat kembali.
Saya berpikir apa mungkin kejadiaan menutup pabrik dengan resiko sosial yang besar seperti ini dapat terjadi di Indonesia. Resikonya  hampir sama dengan misalnya, menutup LNG dan Pupuk kaltim di Bontang tahun 2000, bisa gulung tikar kehidupan masyarakatnya. Detroit terpaksa menjadi  kota bangkut karena industri otomotif di sana bangkrut. Penutupan pabrik terjadi bukan karena pilihan berdasar pertimbangan   lingkungan hidup.

Kembali soal pembangunan berkelanjutan, lalu apa yang dilakukan oleh masyarakat dan pemkot Baikalsk untuk mempertahankan kota ini? Dalam rangka membangun kesadaran sejarah warga dan pemkot membangun museum dan perpustakaan. Walaupun tempatnya sederhana namun koleksi dan gairah pengelolanya sangat bagus. Khusus untuk pengembangan ekonomi Pemkot berusaha keras membangun pariwisa: wisata pantai danau Baikalsk, industri pengolahan air, ski dan pertanian. Ski kelihatannya yang sudah lebih dulu berkembang. Wilayah ini memiliki bukit cantik dengan ketinggihan 900an meter dan musim es selama 9 bulan. Bukit inilah yang kini sudah dapat dijual sebagai wisata. Saat musim panas digunakan berbagai acara termasuk konferensi yang saya ikuti.

     Tentu saja percepatan penutupan pabrik pulp membuat pemerintah dan masyarakat tergagap. Pendidikan diploma, satu satunya yang ada di situ masih jurusan teknis, yang dirancang memenuhi kebutuhan tenaga kerja pabrik kertas. Belum ada pendidikan untuk pertanian dan tourisme.         

Irkutsk
Irkutsk menjadi nama bagi kota Irkurts dan Provisi Irkutsk. Walapun tidak terlalu mendetail saya berusaha belajar, baik dari bacaan yang tersedia, penjelasan Dr. Natasha,  staf pemkot dan beberapa pengusaha yang sempat bertemu. Pengelolaan kota Irkutsk, selain dimaksudkan untuk melayani warganya, sebagai pusat pemerintahan Provinsi, sekaligus sebagai penyangga seluruh daerah kabupaten kota yang ada di Provinsi Irkutsk. Kota yang kini dihuni 600an ribu penduduk ini, berdiri tahun 1661, hampir sama usianya dengan Bojonegoro. Terdapat 12an Universitas, industri pesawat terbang sukhoi, lapangan  terbang, gedung perbangkan dan pusat perbelanjaan terdapat dimana mana, pertanian dan peternakan, eksploitasi minyak dan gas, dan industri makanan.  Irkutsk sendiri sangat strategis untuk kawasan Russia timur atau yang biasanya disebut Siberia. Jalur ganda trans siberia dari Korut, China, Rusia sampai Prancis melewati Irkutsk. Di Rusia sendiri, rel yang mulai dibangun abad 19 itu panjangnya mencapai 10.000 km atau sepuluh kali lipat panjang pulau jawa.
     Selama berkunjung di kota ini saya tertarik melihat sungainya yang indah. Saat saya turun dari kendaraan saya menyaksikan ada pesta penikahan di pinggir sungai, di alam terbuka. Sebagai orang Indonesia yang memiliki trauma sejarah komunisme, tentu saya sedikit terhenyak ada nama jalan utama: Karl Marx dan J Stalin. Bukan jalan itu yang menarik saya tapi apa yang ada di tempat itu. Di sana terdapat dua bangunan besar gereja. Gereka Katolik Ortodok yang tadinya saya kira masjid, karena memang bentuknya sama persis. Kedua gereja katolik, sebelum revolusi komunis, gereja itu adalah katedral yang aulanya mampu menampung 5000 orang jamaah. Penasaran soal  masjid, kepada Sergei pengusaha yang mengajak saya keliling kota saya tanyakan. Awalnya tidak tahu baru setelah saya ganti masjid dengan gereja muslim beliau bisa memahami. Dibawalah saya ke suatu jalan, di depan masjid yang bentuknya juga sama dengan gereja saya berfoto, ketemu jamaah dan masuk masjid. Sayang tidak ada yang bisa bahasa Ingris dan Arab, sehingga saya tidak mendapatkan banyak informasi.
          Beberapa kawasan kota yang tadinya kumuh disulap menjadi tempat rekreasi kuliner yang sangat nyaman. Itulah karya kerja sama antara pemkot dan swasta. Pemkot menyerahlan tanahnya cuma-cuma, The agency of development of wood and achitecture milik pemkot yang merancang semua detil pembangunan, swasta yang membiayai seluruh pembangunan. Setelah jadi semua bangunan dikelola pihak swasta dengan catatan tidak boleh merubah apapun, tapi boleh menyewakan kepada yang berminat, hak swasta tidak dibatasi waktunya.
        Berbeda dengan Baikalsk, Pembangunan kota Irkutsk dari sejarahnya yang panjang terlihat jelas sudah memikirkan prinsip keberlanjutan. Berbagai industri dibuka, sektor keuangan diperkuat, perdagangan dijalankan, transportasi didalam dan keluar dibangun dan sarana belajar warga tersedia. Museum dibangun megah bukan hanya barang purbakala, tapi juga meseum ilmu pengetahuan dasar, seni dan industri. Kota ini menghargai inovasi dan lingkungan hidup. Ada taman inovasi, dimana karya-karya inovasi warga dipajang. Saya sempat menyaksikan tiang listrik yang tidak bisa ditempeli kertas atau stiker untuk menjaga kebersihan, kursi bangku yang tidak dapat lapuk, lintasan rel di jalan raya tanpa hentakan, dan listrik tenaga matahari-angin portable. 

Pulau Olkhon
       Penghargaan prinsip  lingkungan hidup sangat kuat terlihat bukan hanya pada pendidikan dan industri, tapi juga dalam pengembangan pariwisata. Wisata pulau Olkhone bisa menjadi contoh.  Pulau yang luasnya sepertiga Bojonegoro ini hanya dihuni 1500 orang. Wisata bertumpu pada keindahan pantai dan suasananya yang masih perawan. Seluruh jalan tidak ada yang diaspal, hotel dan tempat penginapan dirancang seperti rumah warga, peternakan dibiarkan bebas berkeliaran dan semua yang datang dilindungi keamanannya. Saya sendiri merasakan suasana  tahun 1960an. Mobil yang saya tumpangi buatan soviet 30 tahun yang lalu, menginap dan bergaul di rumah penduduk. Sopir sekaligus pemandu dan tukang masak, memasakkan makanan santap siang di pinggir pantai dengan cara masak ala tahun 1900an. Olkhone menjual kesederhanaan dan keaslian.

Konferensi Integral Space: a new meaning in bussines

       Mungkin ada yang bertanya apa kaitan semua cerita di muka dengan konferensi dan pembangunan Bojonegoro? Dari konferensi tiga hari plus yang saya ikuti, saya menangkap dengan jelas bagaimana gelombang baru kehidupan Eropa Timur, khususnya Rusia. Ada pertanyaan kuat tentang bagaimana seharusnya hidup dijalani? Para pengusahanya sedang mencari makna baru dari aktifitas bisnisnya. Rupanya tanpa spiritualitas manusia menjadi bingung setelah banyak uang.  Para Profesor dari perguruan tinggi terkemuka Rusia, para Trainer terkemuka dan peneliti mencoba menjelaskan trend baru sejarah manusia dan cara baru memahami masalah, spirit mengelola bisnis dan membangun relasi.  Bagaimana meraih kebahagiaan hidup dan spiritualitas? Dalam konferensi itulah diundang Marter U, seorang ahli meditasi yang lahir di Korsel dan kini menetap di Arizona USA. Saya menyaksikan mereka yang sebagian besar atheis, berusaha menemukan spritualitas dan berdoa. Saya sendiri berbagi pengalaman tentang bagaimana mendapatkan kekuatan berkarya lewat melayani dan berusaha membahagiakan orang lain. Kebersamaan akan melahirkan kekuatan dan inovasi. Cinta kasih dapat menjadi spirit yang melahirkan kebahagian dan kekuatan tak terbatas. Saya juga sempat menceritakan transformasi spritualitas lewat alfatehah. Di luar dugaan saya, beberapa orang berkali-kali menemui saya untuk mendapatan penjelasan ulang. Bahkan usai penutupan seorang penguasa peralatan gas terbesar di Rusia bersama kawan-kawannya usai penutupan mengundang saya dengan mas Omar di hotelnya, dan kembali salah satunya mereka minta saya menjelaskan alfatehah.


Bagaimana Bojonegoro?
Bojonegoro bukan Baikalsk, Bukan Irkutsk, di sini belum ada orang bingung setelah kebanyakan uang,  basis kehidupan ekonomi rakyat bertumpu pada pertanian. Kondisi masyarakat akan goyah saat pertanian mengalami kegagalan beruntun dan luas skalanya. Jadi Bojonegoro tidak mengalami kesulitan seperti Baikalsk. Tapi kualitas kehidupan Baikalsk: kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, jauh lebih baik dibanding kehidupan rata-rata Bojonegoro. Bila Baikalsk menghadapi ancaman bagaimana mempertahankan kualitas kehidupan, Bojonegoro menghadapi tantangan bagaimana mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Bagaimana 1,2 juta penduduk Bojonegoro dari ujung timur ke barat, atau ujung selatan ke utama mengalami peningkatan kualitas hidup: kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lingkungan hidup. Berbeda dengan Baikalsk dan Irkutsk, tanah masih tersedia sangat luas. Bayangkan rata-rata dalam 1000 hektar hanya dihuni dua manusia. Sementara petani Bojonegoro rata-rata mengelola lahan 0,2 hektar.
    Benar kita telah sedang berusaha meningkatkan produktifitas pertanian, mulai menanam buah-buahan, berusaha mensukseskan eksploitasi dan industri migas, pengolaan pasca panen. Bojonegoro juga sedang mempersiapkan untuk keunggulan jasa terutama sektor pendidikan dan kesehatan. Namun harus diakui bahwa semua skenario pembangunan ekonomi tidak akan jalan dan berkelanjutan kecuali kita juga harus bersama-sama: Pemkab, pebisnis dan CSO (kelompok-kelompok masyarakat)  meningkatkan kapasitas dan kualitas sumberdaya manusia, termasuk kemampuan kita masing-masing. Budaya Bojonegoro yang toleran dan mendorong upaya untuk saling menghargai kemajuan menjadi target pondasi yang harus diwujudkan. Kebijakan politik dan birokrasi harus menjadi alat efektif sebagai motor upaya pencapaian target kemajuan bersama.     
          Kita memang telah merumuskan enam pilar pembangunan berkelanjutan: ekonomi, lingkungan hidup, modal sosial, pemerintahan yang efektif dan bersih, keuangan, dan kepemimpinan transformatif. Namun tanpa sinergitas akan berjalan lambat.

        Khusus lembaga pendidikan, Akademi komunitas dan semua perguruan tinggi di Bojonegoro harus berperan aktif dalam penyiapan SDM. Progran studi dan pendekatan pendidikan harus dirancang untuk menyiapkan SDM yang mampu menjalan visi ekonomi Bojonegoro. Seluruh lembaga pendidikan dasar dan menengah, baik yang berbasis keagamaan maupun umum, negeri dan swasta, benar-benar harus mampu menyiapkan kompetensi dasar yang membuat lulusannya memiliki kompetensi hidup mandiri berkelanjutan. Kita berharap implementasi kurikulum 2013, didukung Pusat Belajar Guru, akan menjadi memontun perbaikan kualitas belajar mengajar di sekolah.
     Dalam rangkan sinergitas sekolah dan pendidikan non sekolah, satu hal yang terngiang di pikiran saya: kita harus segera wujudkan pusat budaya dan industri kreatif.  Sebuah sarana warga untuk mengenal dan belajar dari masa lalu dan jembatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Sebuah kawasan yang didalamnya terdapat: 1. Museum untuk menjelaskan segala proses yang telah terjadi. 2. Perpustakaan untuk menjelaskan berbagai pemikiran dan gagasan yang telah dan sedang berlangsung, 3. Taman belajar
4. Ruang, panggung pameran, Galeri: untuk memamerkan segala karya yang sedang diproduksi. 5. Workshop: untuk menyajikan berbagai prototype yang akan diwujudkan dan perbengkelan atau seperangkat alat yang diperlukan untuk mewujudkannya Dimungkinkan juga model pengelolaan alam produktif. 6. Ruang diskusi, perkantoran, penginapan untuk para ahli dan tamu pelaku budaya, agar Bojonegoro nyambung kuat dengan dunia luar.
      Guna mempertajam transformasi sosial Bojonegoro maka pertanyaan mendasar tentang sejarah kekuasaan, ekonomi dan sosial budaya Bojonegoro harus diajukan. Pertanyaan ini kelak dijawab oleh para ahli yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Namun juga dijawab oleh siapapun orang Bojonegoro kini, agar diperoleh gambaran pemikiran yang hidup nyata di masyarakat. Bila kelak anak-anak muda dan segenap warga Bojonegoro memahaminya dengan sungguh-sungguh, diharapkan kelak akan lahir kesadaran dan tanggungjawab sejarah, lalu tekad untuk meraih masa depan yang lebih baik. Itulah yang diharapkan dari lahirnya buku, museum, alat belajar, video, foto dan juga workshop beserta galeri. Berikut beberapa contoh pertanyaan yang perlu dijelaskan:
Dari apa saja orang bojonegoro hidup?
Apa yang mempengaruhi?
Siapa yang berperan?
Apa yang mengancam kehidupan orang bojonegoro?
Apa yang akan memperkuat orang bojonegoro?

Apa mimpi anak bojonegoro?
Adakah mimpi baru anak Bojonegoro?
Bagaimana mewujudkan mimpi itu?

Sejarah Budaya Bojonegoro!

Mengapa ada dusun yang sangat terpencil?
Mengapa ada warna warni keberagamaan: Islam, Kristen, Hindu, buda dan Konghucu? Santri-abangan,
Mengapa ada budaya produktif dan non produktif di masyarakat Bojonegoro?
Mengapa ada orang miskin, orang kekurangan gizi dan orang kaya?

Lebih jauh patut dipertanyakan menyangkut. Bagaimana setiap individu, masyarakat, bangsa dan negara terus membangun mimpi masa depannya, mengembangkan nilai, gagasan, cara untuk mewujudkannya dalam berbagai ragam aktifitas kehidupan.

Bagaimana masyarakat bojonegoro merumuskan mimpi, cita cita dan target kehidupan personal dan kolektifnya dari masa ke masa?

Apa saja yang hendak diwujudkan?
Menyangkut soal makan minum, sandang pangan, pendidikan, ibadah-ritual, bersosial, bergembira, kepempinan sosial, kemajuan dan daya saing...

1. Bagaimana cara rakyat bojonegoro memenuhi hajat makan? Mendapatkan, menanak dan menyajikan
2. Bagaimana rakyat bojonegoro memenuhi kebutuhan minum
3. Bagaimana rakyat bojonegoro memenuhi kebutuhan air kebutuhan keluarga?
4. Bagaimana rakyat memenuhi kebutuhan sandang?
5. Bagaimana cara rakyat memenuhi kebutuhan papan dan mengelola lingkungan?
6. Bagaimana cara rakyat meningkatkan kemampuan intelektual, keagamaan, ketrampilan?
7. Bagaimana cara rakyat mengeskpresikan rasa taat kepada Tuhan?
8. Bagaimana cara rakyat mengekspresikan rasa bahagianya:
- saat panen
- saat kelahiran
- saat perkawinan
- saat mendapatkan kedudukan dll
- saat ....
9. Bagaimana cara rakyat perbedaan dan memilih pemimpin?
10. Bagaimana cara mengekspresikan perbedaan pendapat?
11. Bagaimana cara rakyat bojonegoro menghargai pihak lain?
12. Bagaimana rakyat bojonegoro mengelola dan menghadapi bencana?
13. Bagaimana cara Bojonegoro memelihara, menjaga dan membangun solidaritas sosial dan kebangsaan?
14. Bagaimana cara mencegah konflik dan menyelesaikannya?


Pesan penutup
            Untuk pembangunan Bojonegoro berkelanjutan, rasanya pusat budaya dan industri kreatif mendesak sekali. Membangun adalah proses panjang dan berkelanjutan! Bojonegoro mau seperti Baikalsk atau Irkurtsk? Semua kembali ke kita, termasuk saya.

Catatan Perjalanan KY Baikalsk, Irkutsk Rusia, ditulis dalam perjalanan kembali, Irkutsk, Beijing, Singapore dan Surabaya. 31 Juli 2014

Tulisan yg betul: Irkutsk, Baikalsk, dan Olkhon.



Harga       : Free (semua tulisan bisa dibaca disini)
Penulis     : Kang Yoto (Bupati Bojonegoro 2007-2018)
Ukuran     : 10,5x15cm
Tebal        : 58 Halaman.
Penerbit   : Abda Publisher

ISBN         : 978-602-70855-5-8

Comments

Artikel Menarik Lainnya

Kumpulan Link Soal - Soal Latihan Nahwu & Balaghah

Ringkasan Ilmu Nahwu Lengkap

Tuhan Yang Hilang, Menggugat Kebijakan Tuhan..!!

Jawaban Tuduhan Tuduhan Negatif Seputar Tahlilan, Yasinan, dan Selamatan.

Kumpulan Link Soal - Soal Mufrodat Buku Silsilah Azhar

Selama Ini Kita Dibohongi Sekolah? Atau Dibodohi Agama?

Agama Lain Pernah Diapain Ajah Sama Islam?

Logical Fallacies, Mengenal Beberapa Kesalahan Berpikir

Bagaimana Cara Menulis Buku Kemudian Menerbitkannya ?